Selasa, 12 November 2013

http://www.youtube.com/v/61r4QJKrii0?version=3&autohide=1&feature=share&showinfo=1&autohide=1&attribution_tag=qSL31uL5PiGdULhIHxGeyg&autoplay=1

Sabtu, 09 November 2013

Pemimipin Muda Harus Solutif !

JAKARTA -  Setiap negara pasti memiliki masalah sendiri-sendiri. Tapi, ada lima isu besar yang menjadi masalah di semua negara yaitu kemiskinan, kriminalitas, korupsi, SARA, dan terorisme. Ternyata kelima masalah itu pun sukar diatasi oleh para pemimpin dunia, sekalipun oleh negara-negara maju.

Menurut President Director/CEO PT. CMG Global Dr. Muhammad Asmi, dalam Konferensi Pers acara I Am President baru-baru ini, untuk menangani masalah tersebut, pemimpin harus mengamati perubahan dan memiliki kepekaan. Sebuah negara juga membutuhkan para pemimpin yang mau mendengar dan mengambil tindakan dalam menangani masalah warganya.

Karakteristik inilah yang harus dimiliki anak muda Indonesia untuk menjadi pemimpin berkualitas di masa depan. "Pemimpin muda masa depan harus dinamis dan berkualitas sebagai persiapan menghadapi perubahan iklim dunia yang tidak menentu dengan tekanan ekonomi, persaingan sains dan teknologi global," kata Asmi.

Asmi pun mengumpulkan pemuda berusia 17-40 tahun dari seluruh Indonesia untuk dididik menjadi pemimpin muda. Dalam Akademi I Am President, pemuda Indonesia akan berkompetisi dalam keahlian berpidato dan berdebat.

"Bukan sembarang pidato dan debat, tetapi yang membawa visi misi, master plan dan strategi seorang pemimpin untuk perubahan Indonesia agar menjadi negara maju dan makmur serta dapat menjadi salah satu negara yang menjadi kuasa ekonomi dunia," imbuhnya. 

Sebagai sebuah kompetisi, peserta program ini akan memperebutkan hadiah senilai Rp1,7 miliar. Juara 1 akan meraih hadiah uang tunai senilai Rp1 miliar, Juara 2 senilai Rp500 juta dan Juara 3 senilai Rp200 juta.

"Kami ingin mencari bakat-bakat pemimpin muda dinamis, berkualitas untuk visi 2030 negara Republik Indonesia," tutur Asmi.

Ditunggu Pemuda Berkarakter

Padang Ekspres • Sabtu, 09/11/2013 11:33 WIB • 130 klik
Dibutuhkan pemimpin muda yang memimpin lewat kecerdasan hati dan kecerdasan otak. Memimpin bukan demi kekayaan, tak mau kaya lewat jalan pintas. Pemimpin muda yang mampu menahan diri sejenak dari ketamakan seperti perilaku korupsi. Kepemimpinan yang lemah karakter akan menghadirkan problem kebang­saan yang kusut dan rumit. Maka kehadiran kepemimpinan yang kuat dan berka­rakter tak bisa ditawa-tawar lagi.

Sudah lama kita menunggu pe­mimpin muda berkarakter kuat seperti Mohammad Hatta. Menderita menjadi jalan hidupnya karena tak mau meng­khianati rakyat, menahan diri  sejenak dari menguak pragmatisme politik. Setelah menyelesaikan studinya di Universitas Rotterdam Belanda Hatta, memperoleh banyak tawaran yang menggiurkan, mulai dari rumah, mobil dan kekuasaan dari VOC Belanda pada saat itu, namun semua  ditolak Hatta, menderita dan berjuang bersama rakyat menjadi pilihan hidupnya dari­pada mengkhianati rakyat, pemimpin berkarakter harus belajar dari Hatta, mampu menahan diri sejenak.

Dipundak pemimpin muda ber­karakter, disitulah masa depan negeri kita. Pemimpin yang harta dan peng­hasilan pribadi, mereka publikasi tanpa ditutup-tutupi, dengan jurus trans­paransi, mereka hadang gerak gerik para pencuri. Kita rindu pemimpin muda berkarakter yang penuh taula­dan. Kita sedang defisit pemimpin muda yang konsisten dengan nilai kejujuran, keterbukaan, keberanian mengemukakan yang benar sebagai benar dan yang batil itu adalah batil, serta penuh rasa tanggung jawab, semua ini meski menjadi ciri politik.

Pemimpin  muda yang negarawan menyebarkan dan berusaha me­main­kan peran politik yang bermoral dan beretika dengan mengkolaborasikan nilai dan aktifitas yang bernuansa politik dengan keagamaan yang luhur yang dikenal dengan pemahaman keagamaan mengenai tauhid, luhur itu merupakan formula mengenai etika keagamaan yang ditempatkan sebagai basis politik ins­titusi, sistem maupun perilaku.

Pemimpin mentalitas rendah diri dan lemah karakter biasanya lebih sibuk dengan politik pencitraan namun miskin sekali dengan politik pelayanan. Pemimpin yang memiliki mentalitas rendah diri seperti ini masih sibuk dengan urusannya sendiri, sementara tingkat pembelaannya terhadap rak­yat masih jauh dan rendah, pada akhirnya muncullah politikus-politikus murahan penggasak uang negara.

Pemimpin yang mudah berputus asa dan tidak yakin,  pada akhirnya memiliki sumber energi yang  terbatas, berbeda dengan pemimpin muda yang berkarakter memiliki jiwa petarung dan memiliki jiwa pemimpin bangsa, melawan kemungkaran dan kezaliman. Pemuda berkarakter harus memiliki keberanian, semangat profetik yang tidak gampang marah dan tidak sedih ketika ia tidak diterima pendapatnya dan tetap ikhlas ketika  sudah berbuat namun kurang mendapat “reward”  perhatian.

Pemimpin muda berkarakter harus idealis, tetap konsisten dengan apa yang mereka perjuangkan, tidak tergo­da oleh kenikmatan sesaat. Masih ingat ketika dalam perang Uhud,  para sahabat memperebutkan harta rampa­san perang, dan meninggalkan tempat memanah, sehingga membuat tempat pertahanan kocar-kacir, ternyata ini semua karena pasukan memanah belum mampu menahan diri. Pemim­pin yang berkarakter memperjuangkan nilai kesucian dan melawan segala kemung­karan yang ada di depan m­a­tan­ya.

Pemuda Berkharakter Harapan Bangsa

Tawuran antar-pelajar alias baku hantam sampai ada yang terluka dan tewas, yang akhir-akhir ini banyak terjadi telah mencoreng nama pemuda. Mereka yang kita harapkan kelak untuk mewarisi bangsa ini telah berbuat aib di tengah masyarakat. Mereka saling mengejek, memaki, memukul dan melukai, bahkan membunuh. Perta­nya­annya  retorisnya, masa depan apa yang akan diwariskan oleh generasi pemuda seperti ini?

Generasi muda memiliki posisi penting dan strategis karena baik buruknya suatu bangsa tergantung pada generasi mudanya. Suatu negara akan menjadi baik jika generasi muda­nya memiliki karakter yang kokoh, memiliki semangat nasionalisme, memiliki dan menguasai pengetahuan dan teknologi dan berfikir positif untuk berkreasi yang akan melahirkan karya-karya monumental, bukan menjadi pemuda yang kerjanya tawuran yang miskin prestasi.

Pemuda harapan bangsa, kami merindukan pemuda masa kini yang memiliki kualitas kepemudaan seperti mereka, dulu. Masih adakah pemuda seperti itu di zaman sekarang? Mudah-mudahan masih ada, walaupun za­mannya sudah berubah. Jika dahulu mereka menentang penjajah dengan ideologi dan senjata. Sekarang, pemuda menentang ketidak-adilan, korupsi, dan kerusakan akhlak, dengan penge­tahuan dan ilmu yang baik dan benar.

Di tengah kondisi bangsa seperti saat ini peranan generasi muda sangat diharapkan. Dengan organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dan generasi muda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalannya reformasi dan pembangunan. Permasalahan yang dihadapi saat ini justru banyak generasi muda yang mengalami disorientasi, dislokasi dan terlibat pada kepentingan politik praktis. Biarlah generasi yang sekarang sibuk dengan masalah-masalah yang sekarang. Mari kita generasi muda semua berpikir lebih jauh ke depan, bekerja untuk masa depan yang jauh lebih gemilang.

Pemimpin Muda

Ambisi atau kapabilitas?
Pemimpin muda. Kata yang terdengar sangat hebat dan berpengaruh. Menjadi pemimpin di usia muda adalah sesuatu yang pastinya membanggakan. Ditangannya lah nasib apa yang dipimpinnya, tanggungjawabnya begitu besar disaat usianya masih tergolong sebagai pemuda. Masa muda yang di cap sebagai masa untuk bersenang-senang kini tak bisa dibuktikan. Sebenarnya, jika konteksnya adalah menjadi seorang pemimpin. Muda dan tua sama saja. Sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Posisi pemimpin itu tetap banyak yang memperebutkannya. Padahal pada kenyataannya pahitnya lebih banyak dibandingkan rasa manis yang dirasakan.

Setiap pemimpin memang mempunyai kekuasaan, tapi bukan untuk menadi penguasa. Pemimpin adalah pemegang tanggung jawab untuk membawa orang-orang yang dipimpinnya mencapai tujuan bersama, bukan sibuk mewujudkan keinginan sendiri bersama-sama. Pemimpin adalah pelayan, bukan yang dilayani. Tapi, ketika semua keadaan berbalik, siapa yang disalahkan?

Sepertinya banyak kesalahpahaman yang terjadi. Ketika posisi seorang pemimpin diibaratkan sebagai subjek tunggal yang memiliki kekuasaan penuh, yang akan diperlakukan secara ekslusif bila dibandingkan orang lain. Banyak tawaran menggiurkan ketika mendudukinya, namun saya lebih senang menyebutnya sebagai episode akhir dari sebuah kepemimpinan jika ia terlena karenanya.

Salah jika pemimpin tidak merasakan kesengsaraan orang-orang yang ia bawahi. Salah jika kini posisi pemimpin disamakan dengan penguasa. Ketika dalam hati ini timbul keinginan untuk memimpin, sudah siapkah kita menanggung resikonya? Karena pada saatnya memimpin nanti, seorang pemimpin akan mengerjakan pekerjaan tersulit yang tidak bisa diselesaikan oleh bawahannya. Yang menanggung bayak cercaan dan keluhan ketika kinerjanya dipertanyakan. Yang tak bisa berbuat semaunya karena dirinya adalah teladan yang semua tindak-tanduknya diperhatikan.

Pemimpin harus melepaskan jaket keegoannya sebagai seorang individu karena permasahan bersama yang jadi prioritas. Yang tidur malamnya sedikit seiring banyaknya amanah yang ia emban. Bahkan bisa jadi tidak bisa tidur karena ia sangat terpikirkan oleh masalah atau musuh yang tengah dihadapi. Yang seharusnya paling semangat dan enerjik dikala orang lain sedang santai dan bermalas-malasan. Yang tak pernah lelah untuk belajar dan menerima kebenaran dari siapapun sekalipun dari anak kecil. Yang gelisah karena ketakutannya kalau-kalau ia menzhalimi ‘rakyat’ yang dipimpinnya tanpa sadar.

Mana bisa hidup tenang sebagai pemimpin jika ia tidak tau hakikat kepemimpinan itu sendiri, awam mengenai substansi kepemimpinan yang pada prakteknya butuh banyak pengorbanan. Terlebih jika tidak tau bagaimana memimpin sesuatu dengan cara yang benar. Adakah kita lihat sifat-sifat tersebut di wajah-wajah pemimpin saat ini?

Karena pemimpin akan dimintai pertagungjawabannya akan apa yag ia pimpin, hisab manusia mungkin hanya cercaan dan kritik pedas. Namun bagaimana hisab di hadapan tuhan nantinya? Mungkin sudah banyak yang lupa. Itulah sedikit paparan yang bisa saya berikan mengenai amanah dari sebuah kepemimpinan. Pun sudah selayaknya menjadi pertimbangan untuk maju sebagai seorang pemimpin. Bukan menyurutkan rasa kepercayaan diri setiap calon pemimpin. Termasuk diri saya sendiri. Namun, hendaknya kita dapat mendeteksi sedini mungkin apabila tindakan kita didasari oleh niat yang salah. Ambisi melahirkan penguasa, sedangkan kapabilitas melahirkan pemimpin yang tangguh. Pemimpin yang hebat ialah orang yang bukan berkata “Biarkan saya yang memimpin”. Melainkan orang yang diharap-harapkan kepemimpinannya oleh orang lain karena kecakapannya dan karena tingkah lakunya sehingga ia yang dianggap paling layak. Walaupun dia sebetulnya enggan karena tau resikonya. Namun amanah tak dapat ditolak.

Pemimpin muda, yang mempunyai ketulusan dalam niat dan ahlak yang baik pastinya akan membawa perubahan besar tanpa menunggu waktu lama. Pemimpin muda, terutama yang memiliki rasa nasionalisme berlebih, layaknya asset, untaian mutiara berharga bagi peradaban bangsa selanjutnya. Cepat atau lambat, setelah ‘masa perbekalan’ ini cukup, kader-kader UI SDP pasti akan membuktikannya.

Insyaallah.

Manusia Pengendali Organisasi

Organiasi merupakan persekutuan manusia yang terdiri atas minimal dua kelompok yang saling keterkaitan menuju kepada keberhasilan. Pertama kelompok pimpinan yaitu sekelompok manusia dalam organisasi yang memiliki atau diberikan kewenangan atau kepercayaandan tanggungjawab untuk mengendalikan atau mengarahkan kegiatan operasional . Kedua kelompok bawahan yang diberikan kepercayaaan atau tanggungjawabuntuk melaksanakan sesuatu kegiatan operasional dalam rangka pencapaian sasaran atau tujuan organisasi. Tujuan dan sasaran dalam suatu organisasi pada hakekatnya dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan karena tujuan adalah pernyataan abstrak sedangkan sasaran adalah pernyataan konkrit.
Pengendalian dalam pelaksanaan aktivitas yang terdapat dalam suatu organisasi tidak dapat dianggap sebagai sekedar reproduksi dari konfigurasi-konfigurasiantara kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) dengan kelemahan (weakness) dan ancaman (Threats)dalam kondisi organisasi itu sendiri, tetapi sebaiknya harus dilihat dari seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kelancaran atau ketidak lancaran pengendalian kegiatan suatu organsasi.
Refleksi manusia dalam organisasi terhadap pelaksanaan suatu kegiatan memberikan gambaran bahwa bentuk apapun suatu organisasi didalamnya pasti terdapat satuan-satuan kerja. Keefektifan satuan-satuan kerja itu bagi pengendali dituntut untuk menciptakan kondisi kolaborasi antara seluruh satuan-satuan organisasi terutama :
1.    Satuan Pimpinan, satuan kerja pimpinan merupakan kelompok pemegang wewenang dan tanggung jawab untuk mengendalikan atau memimpin jalannya suatu suatu kegiatan organisasi. Berdasarkan kebijakan yang ditetapkan dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.Satuan kerja pimpinan dalam suatu organisasi bertingkat-tingkat kewenangan dan tanggungjawab yang dimilikinya, semakin tinggi tingkat kedudukan kepemimpinan seseorang dalam organisasi semakin dibutuhkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritualnya, demikian pula sebaliknya semakin rendah kedudukan kepemimpinan seseorang dalam organisasi semakin dibutuhkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

2.    Satuan Haluan, satuan kerja haluan dalam suatu organisasi adalah kelompok manusia yang menangani berbagai kegiatan, terutama yang berkaitan dengan penetapan norma-norma atau nilai-nilai, peraturan-peraturan maupun kebijakan-kebijakan sebagai aspirasi seluruh anggota organisasi kemudian menjadi dasar pelaksanaan kegiatan organisasi dalam rangka pencapaian visi dan misi organisasi.

3.    Satuan Operasi,satuan kerja operasional dalam setiap organisasi ini harus berjalan sepanjang organisasi yang bersangkutan masih beroperasi. Kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi sangatlah ditentukan oleh satuan kerja operasional. Kegiatan operasional setiap organisasi meliputi kegiatan langsung mengerjakan kegiatan pokok dan kegiatan penunjang untuk memperlancar kegiatan pokok tersebut.Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dalam organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan satuan operasional.

4.    Satuan Komersial, satuan komersial merupakan kelompok manusia dalam organisasi yang mempunyai tugas untuk memasarkan atau mensosialisasikan baik itu sebagai produk ataupun sebagai bentuk kebijakan kepada mayarakat.  Satuan komersial ini dalam organisasi berperanan menentukan eksistensinya kehidupan organisasi.

5.    Satuan Penataan Satuan kerja penataan dalam suatu organsasi berada pada unsur staf yang bertugas dengan melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan penataan sehingga memperlancar pelaksanaan tugas pokok organisasi. Kegiatan penataan organisasi baik yang berorientasi wajah atau bentuk maupun berorientas kepada isinya.

6.    Satuan control, satuan kerja ini berfungsi untuk menciptakan efisiensi, efektifitas, kejujuran terhadap pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Tujuan pengawasan dalam organisasi disamping berusaha menciptakan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan tetapi juga beruaha menciptakan kejujuranbagi pelaksana kegiatan.Fenomena yang paling banyak didengar dalam suatu dinamisasi  organisasi adalah atur bagaimana baiknya, bukan atur bagaimana benarnya karena ternyata fenomena yang terjadidianggap perbuatannya itu baik tetapi ternyata tidak benar.

7.    Satuan konsultasi, Satuan kerja ini dalam suatu organisasi  melakukan berbagai aktivitas untuk memberikan bantuan keahlian, keterampilan dan pengalaman dengan berbentuk pertimbangan-pertimbangan, pemecahan masalah, nasehat mauoun saran-saran kepada satuan organisasi baik bersifat individu maupun berkelompok.
Mpertimbangkan secara matang nga
Penambahan maupun pengurangan satuan kerja suatu organisasi seharusnya sesuai pertimbangan pengendali organisasi tentunya melalui pengamatan secara seksama dengan pertimbangan yang rasional yang paling menguntungkan. Penambahan ataupun pengurangan satuan kerja pada setiap unit organisasi sebaiknya berdasarkan dengan pertimbanganvolume kerja yang ada dan harus diusahakan menghindari atas pertimbangan berdasarkan keinginan dan bukan karena kebutuhan organisasi . Oleh sebab itu pengendali organisasi harus mampu mempertimbangkan secara matang dengan didukung oleh fakta dan data yang akurat agar penambahan atau pengurangan satuan kerja organisasi tersebut secara efektif.
Pelaksanaan pengendalian kegiatan organisasi sangat ditentukan besar kecilnya kewenangan (otoritas)yang dimiliki oleh manusia sebagai pengendali. Otoritas merupakan dasar dalam setiap tindakan baik yang berkaitan dengan kegiatan operasional maupun kegiatan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan . Pada dasarnya otoritas pengendali dalam kegiatan suatu organisasi dapat dibagi atas 3 (tiga) Jenis, yaitu :
1.    Otoritas rasional, otoritas ini muncul kepermukaan karena adanya kepercayaan dan pe    ngakuan dari seluruh unsur  dalam organisasi karena aturan, kewenangan, pembagian kerjabaik yang diberikan pada seseorang untuk mengatur atau memimpin berdasarkan dengan pertimbangan kemampuan dan kelayakan yang rasional untuk memerintah.
2.    Otoritas Tradisional, otoritas ini muncul karena adanya kepercayaan dari pengikutnya hanya dilandasi dengan pertimbangan rasional. Misalnya karena status seseorang diberikan hak untuk memimpin.
3.    Otoritas Kharsmatik, otoritas ini muncul karena adanya kharismatik pribadi yang luar biasa dari seseorang sehingga dapat diberikan kewenangan untuk memimpin.
Keberhasilan pengelolaan sumber-sumber (resources) secara efisien dan efektifyang imiliki oleh organisasi ditentukan kemampuan pengendalian dari pimpinan. Pimpinan dituntut kemampuannya untuk menggolong-golongkan tugas yang sejenis kemudian dikendalikan dalam pelaksanaannya menjadi satu kesatuan yang utuh , terpadu sehingga mengeluarkan output yang bekualitas dan bermanfaat dalam kehidupan organisasi.

Manusia Dalam Organisasi

Secara alamiah keberadaan suatu organisasi karena didalamnya terdapat manusia yang melakukan peranan berbeda-beda, demikian pula karakteristik berbeda-beda pula antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada manusia yang mmpunyai perrsamaan dan perbedaan mutlak satu sama lain, tetapi manusia dalam organisasi seringkali diperlakukan sama. Misalnya menetapkan prosedur, jam kerja, peraturan, uaian tugas dan semacamnya semuanya diciptakan dengan berasumsi bahwa manusia dalam organisasi itu adalah sama.
Ketidaksamaan manusia ini, namun secara hakiki didalam organisasi manusia dalam organsasi diperlakukan yang sama, sehingga menciptan variasi warna kreativitas baik yang didasari kemampuan kepalanya maupun kemampuan badannya . Badan manusia berfungsi sebagai pekerja sedangkan kepala manusia berfungsi sebagai pemikir. Kenyataan ini memang demikian dan memiliki persamaan dalam organisasi. Manusia dalam organisasi yang bertindak sebagai kepala secara presentasi kegiatannya memang lebih banyak berpikir ketimbang dengan bekerja. Dengan menggunakan tangan dan kakinya, tetapi manusia dalam organisasi yang kedudukannya bukan sebagai kepala maka dia sebagai pekerja dengan lebih banyak menggunakan tangan dan kakinya ketimbang kepalanya namun kenikmatan yang selalu merasakan adalah kepala, misalnya “makan” tangan yang bekerja tetapi yang menikmati adalah kepala yaitu mulut dan contoh lainnya. Kenyataan kehidupan manusia itu berimbas pada kehidupan organisasi ingin menjadi kepala, walaupun kadang-kadang bukan menomorsatukan kemampuan kepala yang dimilikinya.
Untuk menciptakan kepala manusia yang memiliki kemampuan ilmu pengethuan dibutuhkan kebiasaan dalam proses pembelajaran atau sering diistilahkan learning process,sedangkan untuk menciptakan kemampuan badan manusia menciptakan pembiasaan berlatih yang diistilahkan training process. Faktor individu manusia tidak hanya terbatas pada hasil kerja dan proses pemikiran, ttapi juga memiliki rasa atau perasaan yang perlu mendapatkan keseimbangan pikiran,pekerjaann atau tindakan dengan perasaan, manusia yang memiliki keseimbangan iniakan menjadi manusia yang berwwasan keilmuan dan berwawasan keterampilan.
Pimpinan organisasi yang tidak memahami sepenuhnya kerumitan pribadi manusia dalam organisasi sangatlah memungkinkan terjadi membangkan dalam penerapan prinsip kepemimpinan, walaupun prinsip tersebut telah mengandung nilai-nilai kebenaran baik cara transdidental maupun secara emperikal. Tidak mungkin seluruh manusia memenuhi kinginan dan kebuuhan dapat dipuaskan. Namun demikian bagai pimpinan organisasi yang mengatur tentang manusia sedapat mungkin memiliki nkemampuan meminimalisasi ketidakpuasan manusia dalam organisasi yang dipimpinnya itu.
Pimpinan organisasi yang baik adalahapabila memiliki kemampuan memandang kedepan dan mempersiapkan diri untuk meraihnya. Salah satu cara yang pnting adalah melalui pendidikan dan pelatihan esuai dengan jenis dan bentuk tugas setiap anggota organisasi itu. Pendidikan berorientasi pada pengisian dan kemahiran berpikir, sedangkan pelatihan berorientasi kepada pembentukan dan kemahiran bekerja.
Manusia sebagai anggota organisasi memiliki peranan sangat penting karena kemajuan atau kemunduran suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas dan moralitas manusia dalam organisasi bersangkutan.Kualitas manusia menentukan mutu luaran organisasi tersebut kuantitas manusia menentukan kecukupan tenaga kerja yang dibutuhakan dan yang tak kala pentingnya adalah moralitas manusia, apabila dalam suatu organisasi manusianya tidak memiliki moralitas,ini merupakan wabah penyakit yang dapat menyerang organisasi dan akan dapat menyebabkan organisasi tersebut sakit dan memungkinkan organisasi yang bersangkutan akan mati.
Manusia dalam organisasi sesungguhnya berperan sebagai jiwa dan jasad organisasi. Peranan manusia sebagai jiwa organisasi karena menentukan bubar tidaknya bersekutu tidaknya manusia itu dalam melakukan kegiatan untuk kepentingan bersama. Manusia sebagai jasad organisasi karena kuat dan lemahnya, besar dan kecilnya, luas dan sempitnya jangkauan aktivitas sesuatu organisasi ditentukan oleh manusia itu sendiri yang terdapat dalam organisasi.


Roh atau jiwa maupun jasad organisasi merupakan bagian yang sangat penting (vital) untuk menentukan panjang atau pendeknya umur suatu organisasi. Sangat logis apabila dikatakan bahwa sepanjang jiwa dan jasad sehat sepanjang itu pula organisasi akan seht dan kuat . Tetapi apabila jiwa atau roh dan jasad organisasi itu lemah, atau sakit, maka sepanjang itu pula organisasi itu pula organisasi itu sakit atau lemah, apabila tidak mendapat terapi secara tepat maka tidak tertutup kemungkinan organisasi tersebut akan mati.

Kesempurnaan Manusia Dalam Organisasi

Kehidupan manusia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki kemampuan mengkorelasikan dan mengsignifikansikan secara positif antara kemamampuan bagian kepala yang akan menghasilkan pemikiran yang berwawasan keilmuan (science) dengan kemampuan manusia yang dibagian bawah leher terutama tangan dan kaki yang menghasilkan keterampilan (skill) yang dibuktikan dari hasil kerjanya, semakin memiliki landasan teoritik yang kuat dan kemampuan keterampilan yang tinggi, maka manuasia ini akan menghasilkan karya yang berkualitas pula.
Kegiatan manusia mencakup seluruh usaha pencpaian tujuan hidup . Pencpaian tujuan hidup setiap manusia sngatlah penting akan tetapi “cara pencapaiannya tid k boleh betentangan dengan martabat dan harga diri” (Koontz, 1996) manusia. Bebicara martabat mnanusia berarti setiap manusia harus diperlakukan secara pantas dan manusiawi  apapun kedudukannya baik dalam masyarakat maupun dalam organisasi memiliki martabat yang sama.
Mengadopsi pandangan Huston smith dalam bukunya ”Forgetthen Truth The Common Visio of World’s  Religions, 1990) menyatakan bahwa keberadaan manusia menempati 3 wilayah  antara lain : 1) Wilayah Terresterial , meruapakan wilayah dasar atau material yang dapat diindera misalnya jasmani, 2) Wilayah intermedian yaitu wilayah manusia antara dapat diindera dan tidak misalny samar-samar dan yang ke 3). Wilayah celestial yaitu wilayah yang samasekali tidak dapat diindera, ttapi keberadaannya ada pada manusia.. misalnya otak adalah wilayah terrestrial tetapi pikiran adalah wilayah celestial, walaupun pikiran bersemedi didalam otak. Tetapi pikiran bukanlah otak demikian sebaliknya.
Otak manusia terbatas  yang beratnya sekitar kurang lebih tiga perempat kilogram. Pikiran manusia tidk terbatas, karena ternyata pikiran manusia dapat melanglangbuana dijagat raya ini.”Manusia yang baik adalah manusia yang dapat menggunakan akal  atau pikiran yang jernih dan hati yang bersih, maka akan menciptakan manusia paripurna (manusia yang baik)”
Dalam Kepala manusia terdapat tiga alam 1) Alam ingatan atau alam sadar, 2) Alam ambang sadar yaitu suatu alam antara alam sadar dengan alam lupa dan yang ke 3) adalah alam dibawah sadar atau alam lupa.
Alam sadar terjadi karena adanya proses stimulus atau rangsangan oleh factor eksternal yang berproses menjadi suatu endapan yang disebut lupa. Bila lupa berproses kea lam sadar inilah yang disebut ingatan. Yaitu sesuatu yang pernah terjadi pada diri manusia melalui stimulus atau rangsangan yang telah melalui proses pengendapan kedalam alam dibawah sadar melalui suatu wilayah alam ambang sadar . Wilayah alam dibawah sadar ini merupakan hal yang tak terbatas sedangkan alam ambang sadar  dan wilayah alam sadar terbatas, keterbatasan ini dituntut oleh setiap manusia untuk memanfaatkan semaksimal mungkin  dalam kehidupannya, kelayakan hidup manusia sangat ditentukan cara memanfaatkan alam sadar yang dimilikinya.
Aktivitas kehidupan manusia dalam menggunakan alam sadarnya ditentukan atas dua sudut pandang. Pertama ; berdasarkan pada kejujuran yang berorientasi pada kebenaran dan yang kedua berdasarkan ketidak jujuran yang berorientasi pada kebohongan.Coofer (1997) dalam bukunya Executive EQ Emotional Intelegennsia in Leadhersip and Organization. Kejujuran terdiri atas mesin hitung yakni mengusahakan untuk kelihatan baik dan menutupi yang sesungguhnya. Dan kejujuran emosi yaitu mendengarkan perasaan yang kuatdari kebenaran yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam.
Kebenaran juga dapat dilihat dari dua sudut pandang , pertama kebenaran empiric  memiliki suatu bukti, kebenaran ini oleh manusia dapat diakali . Kedua kebenaran transidenyaitu kebenaran yang bersumber dari lubuk hati manusia. Pembenaran empiric ini bersumber pada mmencari kebenaran. Kebenaran yang diproleh dalam proses belajar, penelitian dan semacamnya itu dpat berupa kebenaran empiric dan kebenaran transiden.
Tujuan mencari kebenaran  yang diinginkan oleh manusia adalah untuk menciptakan kecerdasannyabaik kecerdasan intelektual, kecerdasan ,emosional maupun kecerdasan spiritualnya . Ketiga bentuk kecerdasan ini bila dipadukan dalam kehidupan manusia . maka akan melahirkan manusia yang paripurna dengan menjunjung tinggi hedua jenis kebenaran tersebut.
Memahami lebih lanjut  tentang manusi oleh Edgar dalam Koontz memberikan suatu pandangan konsep dengan membagi membagi atas empat asumsi manusia yaitu : 1) Rational economic assumption didasarkan pada pemikiran bahwa setiap manusia didorong oleh rangsangan ekonomi  2). Sosial Assumtion , bahwa aktivitas atau perilaku manusia didorong oleh kebutuhan siosial. 3) Self Actualizting assumption didasarkan pada proses manusia yang mendorong pada pematangan, 4) kompleks assumption berpandangan bahwa semua manusia memiliki motif yang komplleks dan berubah-ubah.
Kreativitas dan imajinasi  merrupakan bagian yang amat penting dari kehidupan manusia, karena sanggup menciptakan gagasan baru untuk memajukan dirinya maupun orang lain.. Kreativitas dan imajinasi merupakan proses kerja pemikiran yang hasilnya saangat luas jangkauannya, hal ini sangat ditentukan kualitas dan kemampuan pikiran manusia. Semakin tinggi kemampuan berpikir manusia akan semakin tingi pula kreativitas dan imajinasi yang bersangkutan

Strategi berpikir terhadap mencipta dan menghitung untung rugi dari sesuatu kegiatan pada dasarnya berorientasi pada dua cara pandang atau tergantung pada cara meletakkan hakekat tujuan manusia yang bersangkutan. Pertama strategi berpikir baik untuk mencipta maupun untuk menghitung untung rugi sesuatu tindakan adalah berorientasi kepada wins – wins yaitu menggunakan pikiran dengan mengutamakan adanya rasa keadilandari semua pihak. Kedua strategi berpikir  baik cara mencipta  maupun menghitung untung rugi yang berorentasi pada wins-losss yaitu dengan menggunakan strategi berpikir baik dalam menciptakan maupun menghitung sesuatu untung rugi tetapi senantiasa bertujuan untuk mencari kesenangan diatas penderitaan orang lain.